*****

Ups. masih terus nih cerita. "Makasih ya, sudah baca karya ku." Jangan lupa komentar dan langganan ya, agar kami semangat terus lanjutkan caritanya. Oke!

*****

Di dalam mushollah MA Al-Azhar Afnan telah menunggu Afina yang masih dijalan dari asrama putri untuk mengambil mukenah dan sejadah, tidak lama kemudian Afina telah sampai ke depan pintu mushollah MA Al-Azhar.

Melihat Afnan yang sedari tadi menunggunya sembari berdzikir menghadap kiblat, Afina pun tersenyum manis karena baru pertama kalinya dia akan sholat bersama dengan orang yang dia suka, walau keduanya belum sama-sama mengungkapkan perasaan.

Namun ada rasa senang dalam hatinya, begitupun dengan Afnan yang dari tadi befikir bahwa baru kali ini dia beribadah dengan orang yang dia sukai. 

Walau dia sering memimpin shalat berjamaah di Pesantren Raudhatul Jannah dengan santri putri. Tapi kali ini terasa berbeda saja, walau sama-sama beribadah namun karena dengan orang yang spesial maka juga akan terasa spesial.

"Assalamu'alakum, kak." sapa Afina kepada Afnan

"Wa'alaikumsalam, kok lama. Masih mandi dulu taa?" jawab Afnan sembari bertanya dengan senyum

"Enggak kok, cuman tadi waktu cari sejadah yang akan dipakai kamu agak lama. Karena ada diurutan bawah baju." Afina menjelaskan

"Heemm, disini kan ada sejadah nih. Kenapa masih bawa dari asrama?" Tanya Afnan sembari menerima sejadah yang disodorkan oleh Afina

"Tak apa, kak. Takutnya disini tidak ada sejadah, daripada nanti tidak pakai sejadah. Jadi sedia payung sebelum hujan." kata Afina memberikan alasan

"Harum sekali, semoga khusuk sholatku ya Allah!" Kata Afnan sembari melihat ke Afina

Afina yang mendengar itu, hanya tersenyum simpul, dan berkata "Ayo kak, kita sholat. Sudah ditungguin teman-teman di kelas."

"Sebentar, aku lepas dasi dulu. Tidak enak rasanya sholat pakai dasi, takut kena kepala waktu nanti melakukan sujud. Karenna sesuatu yang mengikuti gerakan sholat dan terkena salahsatu anggota sujud waktu melakukannya maka sholatnya tidak sah." sahut Afnan

Setelah Afnan selesai melepaskan dasinya, keduanya pun melaksanakan sholat dzuhur berjamaah. setelah 10 menit berlalu keduanya baru selesai menunaikan sholat dzuhur, namun Afina belum beranjak dari duduknya sembari menunggu Afnan selesai berdo'a.

Afnan yang sedari tadi sengaja mengulur waktu agar Afina beranjak dulu, akan tetapi selama dia menunggu dan memperhatikan Afina masih anteng saja dibelakangnya tidak bergeming sedikitpun.

Pada akhirnya Afnan berfikir mungkin Afina masih berdzikir sesuai dengan kebiasaannya di Pesantren Al-Azhar ini, dia berinisiatif untuk beranjak terlebih dahulu.

Namun sebelum beranjak sesuai dengan kebiasaannya, Afnan berdoa terlebih dahulu namun saat dia mulai menengadahkan kedua tangannya, terdengar suara merdu Afina yang lirih dari belakangnya mengucapkan  kata "Amiin, Amin, Amin."

Afnan pun yang mendengar itu tersenyum, dan bergumam dalam hatinya "heemm, jadi mulai dari tadi nungguin aku doa nih ceritanya." Afnan pun berdoa dengan sedikit mengeraskan suaranya.

"Ya Rabb,
kami bersimpuh dihadapan-Mu dengan penuh kerendahan hati dan jiwa, mengadukan segala urusan dan kepentingan serta harapan.

Ya Rabb,
kami hanya seorang hamba yang tiada kuasa selain atas kehendak-Mu.

Memohon dan meminta semua urusan yang akan kami hadapi dipermudah,
dosa-dosa kami diampuni,
langkah keputusan kami diridhoi,
sehingga bermanfaat kepada ummat Rasul-Mu Muhammad SAW.

Ya Rabb,
Engkau pertemukan kami maka kuatkanlah tatkala Engkau pisahkan,
Engkau satukan hati kami maka ikhlaskanlah tatkala Engkau jauhkan,
Engkau berikan kami amanah maka mampukanlah tuk menjaganya.

Tiada kata dan isyarat,
namun tak naif jua tak dapat ku pungkiri,

Engkau ciptakan dia halus dengan kecantikannya,
sempurna dengan senyum manisnya,
lugu dengan akhlaqnya,
memikat dengan tubuhnya,
menggoda dengan aromanya.

Jika yang terbaik maka dekatkanlah, namun jika sebaliknya maka jauhkanlah.

Amin ya rabbal 'alamin."

Setelah itu Afnan lirihkan kembali suaranya, seraya menutup doanya dengan bershalawat kepada Nabi, dan mengusapkan kedua tangan ke wajahnya.

Setelah itu dia merapikan sejadah dan berbalik untuk mengembalikannya ke Afina, namun yang bikin dia tercengan adalah. Disaat berbalik Afina sudah menatapnya dan mengulrkan tangannya seakan meminta dan menunggu sesuatu, Afnan yang sadar dengan hal itu dia menyerahkan sejadah yang sudah dia rapikan dipegang di tangannya.

Namun setelah diserahkan sejadah itu, Afina malah cemberut sembari berkata "Bukan sejadahnya, kak. Tangannya tuuh!" sembari mengambil sejadah yang diserahkan Afnan dari tangan kananya, "Boleh aku salim sekali lagi, kak? tadi di MA kan untuk minta maaf, yang ini untuk bersyukur." tanya Afina

Afnan pun  mengulurkan tangannya dengan senyuman manis dan ada perasaan aneh dalam dirinya, walau sering dia bersalaman dengan lawan jenis yang bukan mahram, selama ini terasa biasa saja, karena mungkin mereka adalah santrinya.

Namun berbeda pada saat ini yang bersalaman dihadapannya adalah orang yang belum pernah dia kenal dan bertemu sebelumnya, selebihnya dia memang menaruh rasa lebih dalam hatinya terhadap wanita ini. 

Afina yang mengecup punggung tangan Afnan pun merasakan hal yang sama, ada rasa aneh dalam hatinya. Tak terasa mereka bersalaman agak lama hingga Afina mengangkat wajahnya dan melihat ke Afnan dengan jarak yang sangat dekat. Membuat kedua mata saling memandang dan mengikat satu dengan yang lain.

Afnan pun dibuat salah tingkah dengan tatapan manis itu, sehingga dia tidak sengaja mengucapkan "Sudah salimnya?"

Afina segera melepaskan genggamannya sembari menjawab "Sudah kak, semoga diijabah oleh Allah doanya. ya!"

"Amin..." sambung Afnan. "Semoga yang didoakan juga diijabah semua keinginannya." tegas Afnan

"Memang siapa yang didoakan kak?" tanya Afina dengan ekspresi manisnya

"yang pertama adalah Organisasi dan Lembaga yang aku pimpin sekarang, yaitu OSIS dan MA Al-Azhar. yang kedua adalah calon orang spesial dalam hati ini." jawab Afnan

"heemmm, beruntung sekali orang yang kedua itu. Setiap waktu didoakan ya?" tanya Afina

"andai bisa menjadi orang yang ...." Afina terhenti dan beranjak dari duduknya

"yang.... apa?" tanya Afnan

"ups, tidak ada kak." jawab Afina malu-malu

Afnan mengerti dengan maksud Afina, dan memang doa itu dia tujukan untuknya. Afnan pun juga beranjak dan bersama-sama menuju ke MA Al-Azhar.

Diperjalanan menuju kelas III MA Al-Azhar Afnan bergumam dengan suara lirih, karena dia berjalan tepat didepan Afina, "Sekretaris OSIS Afina Zahra, ya..ya..yaa.. Hemmmm, mungkin saja, jika tidak mengundurkan diri dari jabatannya. Doa itu akan tersemat untuk dirinya." Afnan pun menghentikan langkahnya sejenak tepat didepan pintu masuk kelas III MA Al-Azhar.

Membuat Afina juga berhenti tida-tiba dibelakangnya, walau suara Afnan lirih namun Afina dapat mendengarkan gumaman itu, karena jarak mereka yang begitu dekat.

Sengaja Afina melewati KOSIS didepannya sembari berkata "Amiin, Ya Rabb.. Jika memang seperti itu, sekretaris OSIS tidak akan mengundurkan diri. Kecuali diganti dengan yang lain oleh pemiliknya." heemm Afina menoleh dan mninggalkan senyum manis didepan Afnan menuju meja mereka berdua sebagai Sekretaris dan Ketua OSIS.

Afina pun sudah duduk terlebih dahulu menunggu Afnan yang masih menuju meja disampingnya, namun Afnan menghentikan langkahnya memriksa saku di almamaternya.

Afnan mencari dasinya yang tadi sempat dilepas waktu akan melaksanakn shalat dzuhur di mushollah, namun dia cari-cari dari sakunya tidak ditemukan. dia pun mau berbalik dan mencarinya dimushollah namun dipanggil oleh Afina.

"Cari apa kak? ini?" tanya Afina sambil menunjukkan dasi Afnan yang dipegannya, dia ambil dari dalam sejadah yang dilipat Afnan tanpa sengaja dasi itu ada didalamnya yang tidak disadari oleh Afnan.

Afnan berbalik dan melihat dasinya yang dipegang oleh Afina, dia hanya bisa mengangguk dan tersenyum malu.

"Kok ada disitu? perasaan tadi tidak aku kasih ke kamu." tanya Afnan

"Memang tidak ada yang ngasih kok, kan kakak sendiri yang naruh didalam sejadah waktu dilipat tadi." jawab Afina

"Hemmm, sengaja yaa..." goda teman-temannya, Yua pun tidak ketinggalan menggoda kedua kakak OSIS nya itu.

Bersambung

Baca bab selanjutnya/preview/button/#ff5722

full-width

Komentar

Komentar kotor, menyinggung dan mengandung karakter yang tidak diperkenankan oleh admin akan di hapus dari Blog, Terimakasih!