Teriknya matahari terasa menyengat diatas Ponpes Riyadhul Jannah, lalu lalang santri yang sedang belajar di Madrasah Diniyyah menghiasi indahnya nuansa di pesantren itu.

Dari kejauhan mulai tampak langkah Afnan yang selalu gontai dan santai menuju asramanya, teman-temannya yang sedari tadi menunggunya di teras asrama pun memanggilnya.

"Ustad, kok lama ya. Bukannya tadi setelah selesai penetapan OSIS, kita semua berpamitan bersama.?" Tanya Udin.

"Iya benar, Din. Saya tadi masih ngambil buku catatan dari sekretaris OSIS, untuk saya pelajari hasil rapat dan penetapan anggota OSIS yang baru." Jawab Afnan.

"Owh, iya Din. Saya tadi diskusi sama sekretaris OSIS untuk mengadakan kegiatan Class Meeting dekat-dekat ini, bagaimana menurut kalian?" tanya Afnan kepada teman-temannya.

"Ya, bagus sih. Namun apakah tidak terlalu mendadak?" tukas Anton balik bertanya kekpada Afnan.

"baiknya tuh, Nan. Nunggu beberapa hari lagi deh." usul Rahul menyela pembicaraan mereka.

"Benar itu, Nan." Udin pun menimpali lagi.

"Selain samean masih baru menjadi KOSIS di MA Al-Azhar, juga masih belum tahu sepenuhnyya kondisi dan situasi disana." jelas Udin.

"Hemmm, Iya juga sih. Tapi kan ada kalian dan anggota yang lain, yang sudah lama disana. Pastinya sudah tahu dong situasi dan kondisi disana, apalagi tadi waktu aku utarakan ke sekretaris OSISnya, itu bagus katanya. Karena ini kan sudah dekat dengan Peringatan Hari-hari Besar Islam (PHBI), mau Maulid Nabi kann?" jawab Afnan sembari menjelaskan kepada rekannya.

"Wah, repot nih. Kalau sudah terkait keputusanmu dan sekretaris OSIS. Kita juga tidak bisa berbuat apa-apa." tukas Anton.

"Lebih tepatnya, sebelum rencana itu didengar semua anggota OSIS dan pengurus MA Al-Azhar yang lain. Matangkan dulu gih persiapan dan konsepnya seperti apa nanti yang akan dikerjakan, karena setelah rencana ini didengar oleh mereka, pastinya beliau-beliau akan menyoroti setiap langkah dan keputusan yang dibuat oleh samean Nan. Selaku KOSIS yang baru akan selalu dipantau aktifitasnya beberapa hari kedepannya." jawab Udin memperjelas keadaan di MA Al-Azhar.

"Memang seperti itu, Din?" tanya Afnan.

"Iya, itu pernah terjadi pada OSIS yang lama Nan. Dulu OSIS yang lama juga sama dengan samean, setelah ditetapkan menjadi ketua OSIS dia langsung ingin mengadakan acara. Aku mengerti sih, mungkin itu semua untuk menunjukkan kinerja dari OSIS yang baru ditetapkkan.

Namun hal yang tidak kami inginkan terjadi pada OSIS yang sebelumnya, semua rencananya gagal total karena... sesuatu yang terkait dengan... Ups, begitu lah." kata Udin menjelaskan sambil melihat ekspresi Rahul dan Anton yang sedang menatapnya dengan mata sinis, seperti ada yang mereka sembunyikan dari Afnan.

Afnan yang mengerti dengan gelagat teman-temannya itu pun bertanya "Memang gagal gara-gara apa? dan terkait apa?" dengan muka serius melihat kearah mereka bertiga.

"Sudahlah, Nan. tidak usah difikirkan. Itu kan kejadian dua tahun yang lalu, saat kita juga masih kelas I dan baru menjadi anggota OSIS di MA Al-Azhar." jawab Rahul mengalihkan pembicaraan.

Namun Afnan yang terlanjur penasaran mendesak mereka, terutama kepada Udin karena dia tadi yang keceplosan membicarakan itu.

Akhirnya mereka bertiga mau tidak mau menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Afnan, namun mereka berpesan jangan emosi dan terbawa perasaan apalagi marah nanti tatkala dijelaskan, berikan mereka waktu untuk menjelaskan sampai selesai. pinta teman-teman afnan secara bersamaan.

Afnan pun menyutujui pemintaan teman-temannya itu, sembari meletakkan buku catatan sekretaris OSIS didepannya. Dia duduk bersila dengan baik untuk mendengarkan cerita temannya.

Udin yang ditunjuk mereka untuk menceritakan kejadian pada waktu itu pasrah, dia pun mau tidak mau mulai bercerita kejadian 2 tahun yang lalu.

Begini ceritanya,

Pada hari itu ada santri yang baru mendaftar dan masuk ke sekolah MA Al-Azhar, dan sama-sama duduk di bangku kelas I MA Al-Azhar, namanya Erik Ferdiansyah. Dari namanya saja sudah tahu kalau dia adalah anak yang cool dan tampan, ternyata benar memang anaknya selain cool dan cerdas juga tampan, dari situlah dimulai cerita ini.

Setelah satu minggu kita sekolah di MA Al-Azhar, kegiatan ospek oleh OSIS waktu itu juga sudah selesai, disaat itu juga bertepatan dengan acara pergantian masa jabatan OSIS. ke esokan harinya seluruh siswa dan guru berkumpul seperti tadi pagi di Halaman MA Al-Azhar untuk melakukan rapat bersama, tentang siapa nanti yang akan mencalonkan diri sebagai Ketua dan Wakil OSIS yang baru.

Erik yang semakin hari semakin populer dan menjadi incaran setiap siswi di MA Al-Azhar pun ditunjuk oleh teman-temannya untuk mencalonkan diri sebagai ketua OSIS, dan yang akan menjadi wakilnya adalah aku (tegas Udin dengan menunjuk dirinya).

Aku pun menolak, namun karena desakan dari teman se-angkatan dan mereka berdua nih, akhirnya aku mau, dengan alasan yang mereka berdua katakan. Bahwa kita sebagai siswa baru harus juga berkontribusi di lembaga Al-Azhar, guna menunjukkan bahwa santri dari Ponpes Riyadhul Jannah juga dapat berkompeten dalam bidang yang ada di sana.

Waktu itu kalau aku ingat, ada 2 pasangan kandidat calon ketua dan wakil OSIS. yang satunya lagi dari kelas II MA Al-Azhar, namanya kalau tidak salah Rendi Saputra adeknya kak Dedi itu.

Karena waktu itu kan, kak Dedi tuh OSIS nya. Jadi adeknya disuruh nyalonkan diri, siapa tahu jadi. gitu katanya kak Ded waktu ngobrol santai disini.

Sekarang saja kak Ded jarang ngobrol, karena sudah ngaji dari rumah ke pesantren. Kalau dulu dia kan menetap disini kan.

Akhirnya karena sudah menemukan kandidat yang akan di voting untuk menjadi OSIS yang baru, maka kepala sekolah mengintruksikan besoknya akan diadakan acara pemilihan OSIS secara voting di Aula MA Al-Azhar.

Beneran, keesokan harinya memang diadakan voting pemilihan ketua dan wakil OSIS, Erik dan Aku, Rendi dan Andi.

Awalnya Rendi menang karena dukungan dari siswa putra dominan kepada Rendi, karena mungkin selain lebih lama di MA juga orangnya asyik, ramah dan tidak angkuh, loyal kepada teman-temannya baik seangkatan maupun adek-adek kelasnya.

Tibalah waktunya siswi MA Al-Azhar yang melakukan voting, alhasil Rendi kalah dan yang menang secara keseluruhan adalah Erik, karena siswi putri lebih dominan kepada Erik, seperti yang aku jelaskan sebelumnya. Selain populer dan jadi incaran para wanita disekolah dia juga cerdas.

Karena hasil pemilihan sudah ditetapkan oleh Kepala Sekolah, esoknya langsung diadakan pelantikan OSIS seperti biasanya. Rendi yang waktu itu kalah juga tidak mempermasalahkannya, dan juga memberikan selamat kepada OSIS yang baru, namun yang kita tidak ketahui adalah yang satu ini.

Keduanya sama-sama suka kepada Afina Zahra, baik Rendi ataupun Erik. Akhirnya setelah acara pelantikan selesai dan dilanjutkan penetapan anggota OSIS yang baru, Erik menunjuk Afina sebagai sekretaris OSIS dan Rendi yang awalnya sebagai bendahara diturunkan ke seksi pendidikan.

Rendi pun tidak terima dengan keputusan Erik yang memang tidak memberikan pertimbangan dan meminta pendapat dari anggota yang lain. Selain itu dia juga tidak mau dipisahkan dari Afina Zahra, kan dia juga suka, kalau jadi bendahara kan sewaktu-waktu bisa ketemu dan kumpul bareng, tapi jika jadi seksi pendidikan, memang masih bisa kumpul namun kan tidak se inten ketua, wakil, sekretaris dan bendahara.

Rendi pun angkat bicara "Kenapa harus Afina Zahra yang jadi sekretaris? kenapa bukan yang lain? kak KOSIS juga tidak meminta saran kami sebagai anggota!" dengan kesalnya dia menyudutkan Erik.

Aku yang ada disampingnya Erik pun berbisik "biarkan sudah Rendi tetap menjadi bendahara daripada nanti terjadi kesenjangan diantara anggota OSIS". Namun pendapat ku tidak digubris oleh Erik, karena dia tahu bahwa Rendi juga suka sama Afina Zahra.

Erik pun terbawa emosi karena merasa tersudutkan, lebih tepatnya ditentang pendapatnya oleh saingan cintanya. Hal serupa kan yang akan dilakukan oleh KOSIS baru sekarang nih, jika ada yang coba-coba menyenggol sekretaris pujaan hatinya. iyaa kannn? goda Udin sambil melirik ke Afnan yang seketika mengernyitkan alisnya.

"Hei, aku tidak ada apa-apa dengan sekretaris ya. Ingat, aku hanya menghormati saja jabatan setiap anggota yang sudah ada dan ditetapkan sebelumnya, tidak lebih. Oke!" tegas Afnan memotong cerita Udin

"udah lanjut ceritanya, ndak usah menggoda aku." kata Afnan dengan serius.

"Ah, masak iya tidak ada apa-apa. Oke lanjut cerita nih, ndak usah sensi gitu dong Nan. Lagian kan ndak ada apa-apa" Jawab Udin

Afnan hanya melihatnya sinis dan menganggukkan kepalanya, Udin pun melanjutkan ceritanya pada bab berikutnya, hehehe. Ikuti terus ya, alur ceritanya ya! sudah mulai panas dingin nih suasananya. Next time jumpa lagi pada bab berikutnya.

Bersambung


full-width

Komentar

Komentar kotor, menyinggung dan mengandung karakter yang tidak diperkenankan oleh admin akan di hapus dari Blog, Terimakasih!