"Tiada rahasia yang lebih misteri daripada sang pencipta rahasia itu sendiri."

~Ibnu Alwan~



*****

Setelah Afnan tiba didepan pintu kelas III, dia membuka pintu dengan perlahan dan menutupnya kembali seraya mengucapkan salam "Assalamualaikum, kenapa masih disini?" Tanya Afnan kepada Afina yang lagi menulis dimejanya.

"Wa'alaikassalam, iya masih belum selesai kak. Lah, Sudah selesai makannya? Kok sudah kesini?" Jawab Afina.

"Belum kok, belum makan malahan." Tegas Afnan.

"Kok belum makan? Kenapa kak? Tidak cocok menunya?" Afina tanya lagi dengan tetap menulis dan menatap bukunya.

Afnan pun melangkah semakin dekat ke meja mereka berdua.

"Aku lihat-lihat dan cari sekretarisku di Aula MA tidak ada, jadi aku nanyak sama Yua. Kata Yua Coba lihat di kelas III, biasanya mbak itu tidak mau makan sebelum tugasnya selesai. Jadi aku bergegas kesini." Jawab Afnan.

"Eits, ada yang cariin aku nih. Dalam rangka apa nih? Kan sudah tidak ngundurkan diri dari OSIS?" Tanya Afina lagi.

"Apa hubungannya ngundurin OSIS sama makan? Ayo, makan dulu! Nanti lanjut lagi. Samean kan juga belum makan dari tadi pagi, kasihan perutnya." Ajak Afnan.

"Nanggung kak, ini sudah mau selesai. Sedikit lagi dah." Jawab Afina.

Afnan yang dari tadi penasaran apa yang ditulis Afina, akhirnya mendekatinya dan duduk pas didepannya.

Dia sengaja menatap Afina, dan terus memperhatikan jarinya yang lentik, mengukir tulisan dan garis yang indah diatas kertas itu.

Afina yang sadar akan hal itu, menutup dan membalas tatapan itu.

"Jangan dilihatin gitu, kak. Aku malu jadinya, untung sudah selesai." Hardik Afina.

"Oke, maaf. Sudah selesai kan? Ayo kita makan dulu. Nanti ada yang harus aku tanyakan dan diskusikan dengan sekretarisku ini." Kata Afnan membuat Afina mengerutkan alisnya.

"Apa hal itu?" Tanya Afina.

"Udah, nanti saja. Sekarang kita makan dulu." Jawab Afnan sembari menarik tangan Afina mengajak ke aula untuk makan bersama teman-temannya.

Afina pun menurut dengan ajakan KOSISnya itu, sesampainya di Aula MA Al-Azhar. Teman-temannya sebagian sudah selesai makan, mereka berdua yang baru datang dari arah pintu masuk menjadi perhatian.

"Nahh, bener kan.! Kalau yang jemput kak KOSIS pasti mau nih." Celoteh Yua membuat teman-temannya menoleh pada kedua kakak OSISnya yang baru datang itu.

"Hussh.!" Ucap Afina sambil menyentuh bibir dengan telunjuknya.

"Ada yang lagi manja nih yeee?" Goda Udin dan Rahul kepada Afnan.

"Manja banget, ku kira ngambek Din, Hul, karena tadi kesindir terus. Eh, tahunya..." Potong Afnan menemani Afina mengambil makanan di meja.

"Tahunya apa, Nan.." tanya Udin dan Rahul.

Afina pun melihat ke arah Afnan dan bilang "Ndak usah diladeni mereka. Katanya mau makan?" Dengan tatapan sinisnya.

"Ups, tidak ada Din." Jawab Afnan singkat.

"Samean mau makan yang mana?" Tanya Afina.

"Yang mana aja, boleh." Jawab Afnan.

"Sini, nih sudah selesai." Ajak Afina ke Afnan untuk duduk bersamanya.

"Lho, kok cuman satu piringnya? Samean tidak makan?" Tanya Afnan.

"Makan kok, udah sini dulu, jangan banyak tanya." Jawab Afina.

"Owh, ada yang mau makan bareng nih, sepiring berdua yaa? Yuk kita pindah dulu daripada jadi obat nyamuk." Jelas Udin ke teman-temannya.

"Ee, eeh. Mau kemana? Disini dulu dong. Temenin" pinta Afnan cegat Udin dan kawan-kawannya.

"Udah, lanjut aja dulu kak OSIS, kami duluan. He he he." Jawab mereka dengan santainya keluar dari Aula.

Hanya tinggal beberapa anggota saja yang belum selesai makan, sembari mereka makan, juga memperhatikan gelagat kedua kakak OSISnya itu. Yang dari awal memang tampil romantis terus.

Afina yang sedari tadi melihat kejahilan teman-temannya, hanya tersenyum dan memindahkan kursinya duduk didepan Afnan.

Afnan yang tidak tahu maksud Afina pun bertanya, "memang aku mau disuruh lihat samean makan? Atau sebaliknya? Kan piringnya cuman satu." Dengan berpura-pura tidak mengerti dengan maksud Afina, Afnan mencoba sepolos mungkin bertanya.

"Kita makan bareng, boleh kan kak? Agar nanti selalu ada dalam setiap doa dalam shalatmu, gitu kan? Maksudnya gitu kan waktu menetapkan sekretaris OSIS tadi di kelas III?" Tanya Afina dengan senyum manis menatap Afnan.

Afnan pun hanya bisa diam dan tersenyum menghadapi pertanyaan itu, dia mulai menyingsingkan lengan bajunya karena kebiasaannya saat mau makan.

Afina pun menegurnya "memang mau makan sendiri? Ndak mau disuapin?"

"Hah, disuapin?" Afnan tercengang.

"Iya, biar tidak belepotan itu tangan, nanti kan masih mau tandatangani berkas OSIS?" Jawab Afina.

"Iya sudah, boleh. Kalau itu memang tawaran dari sekretaris OSIS yang tiada duanya ini. kak Afina Zahra, Silahkan!" Afnan mempersilahkan Afina.

Afina pun menyuapi Afnan, bergantian dengan dirinya yang juga ikut makan.

Sesekali Afnan melihat tangan mulus itu dan merasakan suapan dari Afina, membuat dirinya tidak bisa menahan diri untuk bergumam "halus dan lembut sekali, pantas saja yang punya cantik sih".

Afina yang mendengar itu pun menjawab "sudah siang, kok masih ada yang jual gombalan yaaa?".

Keduanya pun saling tatap dan senyum.

Dari luar Aula teman-temannya menyaksikan hal itu, hanya tersenyum dan menggelengkan kepala.

Setelah selesai acara makan-makan, mereka semua kembali ke kelas III dan satu persatu berpamitan untuk kembali ke asrama dan pesantren masing-masing.

Begitupun dengan Afnan dan Afina, Afina yang juga turut berpamitan dicegat oleh Afnan, karena ada yang harus di diskusikan sebentar.

"Ada apa? Kan makan sudah, disuapin pula." Kata Afina.

"Bukan itu, 1 atau 2 hari kedepan aku mau mengadakan class meeting. Bagaimana menurut samean?" Tanya Afnan.

"Iya bagus juga, ini kan juga hampir PHBI jadi sekalian untuk persiapan menyambut PHBI Maulid Nabi." Jawab Afina.

"Oke, kalau begitu kita tentukan besok ya." Tegas Afnan.

"Owh, iya. Sebelum aku kembali ke pesantren, aku harus mempelajari dulu hasil rapat dan penetapan OSIS hari ini. Mana buku catatan samean?" Tanya Afnan.

Afina pun segera memberikan buku catatannya, dan diambil oleh Afnan.

Afina berfikir hanya akan dilihat oleh Afnan sebentar saja, namun perkiraannya salah, ternyata buku catatannya mau dibawa ke pesantrennya.

Seketika Afina panik, karena di buku catatan itu ada rahasia, yang tidak boleh dibaca oleh orang lain, terutama oleh Afnan.

Afnan yang sudah memegang buku itu langsung melangkah keluar dari kelas III, namun dia dihentikan oleh Afina.

"Bentar, memang bukunya mau dibawa?" Tanya Afina.

"Iya, kan banyak yang harus aku baca. Tenang besok aku kembalikan, ada apa memangnya?" Afnan penuh selidik dan curiga, seperti ada sesuatu yg Afina rahasiakan di buku catatan ini.

"Bentar, bentar, jika mau dibawa. Ada yang harus aku ambil dari buku itu." Jawab Afina sembari mengejar Afnan.

"Eits, memang apaan sih. Kok kayaknya penting banget?" Tanya Afnan.

"Iya penting, itu rahasia. Tidak boleh dibaca siapapun termasuk samean." Tegas Afina mencoba merebut buku catatannya. Namun sudah terlanjur disimpan oleh Afnan yang tidak mungkin lepas dari genggamannya.

"Iya sudah, aku tidak akan baca kok, janji tidak akan baca." Jawab Afnan memastikan kepada Afina

"Janji yaa.?" Tanya Afina dengan ekspresi tersenyum malu.

"Awas kalau ingkar samean, pokoknya tidak boleh baca sampai kebagian belakang, titik. Catatan OSIS hanya didepan saja." Tegas Afina.

"Oke, oke. Aku janji" jawab Afnan.

"Aku balik dulu aja, sampai ketemu besok." Ucap Afnan dan berpamitan seraya melangkah pulang ke pesantrennya menyusul teman-temannya.

Afina yang sedikit gelisah dan fikirannya yang masih iba dengan buku catatannya. Tersenyum bahagia karena hari ini adalah hari yang menyenangkan terhadapnya. Dan dia juga percaya jika Afnan tidak mungkin ingkar terhadap janjinya.

Bersambung


full-width

Komentar

Komentar kotor, menyinggung dan mengandung karakter yang tidak diperkenankan oleh admin akan di hapus dari Blog, Terimakasih!