"Fiuh.." Afnan membuang nafas kasar sambil melihat ke temen-temennya.

"Enggak kok, memang tadi waktu shalat tidak memakai dasi karena takut terkena kepala waktu sujud." Jelas Afnan kepada teman-temannya.

Teman-temannya pun hanya tersenyum dengan pembelaan diri Afnan.

Afnan mulai melangkah menghampiri Afina untuk mengambil dasinya, setelah sampai didepan Afina, diapun mengulurkan tangannya meminta dasi tersebut.

Namun Afina berdiri dan mengalungkan dasi itu ke leher Afnan, sambil bertanya "memang sudah bisa pakai sendiri?".

"Waw.. waww.. so sweet banget." Sorak teman-temannya bersamaan.

Afnan hanya terdiam dan tersenyum melihat perilaku sekretarisnya ini, namun yang membuat mereka terlihat begitu romantis adalah tangan Afnan yang tadi diulurkan tuk mengambil dasinya, sekarang posisinya berada tepat di pinggang Afina.

"Hemmm, enaknya dipasangin atau diajarin yaa?" Tanya Afnan ke Afina yang sudah mulai mengikat dasinya.

Afina pun bertanya balik "Emang maunya gimana? Mau minta diajarin atau dipasangin? Atau mau dipasangin yang lain? Tuh banyak yang nganggur!" Sembari melirik kepada teman perempuan se-angkatannya.

"Memang sekretaris OSIS tidak mau jadi orang yang selalu ada dalam setiap doa pemiliknya?" Tanya Afnan dengan senyumnya.

Tangannya yang sedari tadi masih menggantung di dekat pinggang Afina pun mulai jahil, dia mencubit manja ke pinggang Afina.

"Aww.." reflek Afina mengencangkan ikatan dasi Afnan, sehingga sedikit terasa tercekik.

"Nakal yaa?" Tutur Afina dengan tatapan sinisnya.

Afnan pun spontanitas memegang tangan Afina karena merasa tercekik, keduanya saling menatap dan mengunci satu sama lainnya.

Terdiam sesaat, hingga teman sekelas menegur mereka, karena sudah baper terbawa suasana keduanya.

"Sudah selesai pasang dasinya kak?" Tanya salah satu siswi kelas II di kelas itu.

"Iya, sudah. Cuman kurang longgar nih, kakak sekretaris kalian ini senangnya yang kencang-kencang yaa. He he he." Jawab Afnan sembari kembali melangkah ke mejanya.

Afina juga kembali ketempat duduknya, dan membacakan susunan acara penetapan anggota OSIS yang baru. Yang akan dipimpin langsung oleh ketua OSIS dan wakilnya.

Afina mempersilahkan ketua OSISnya untuk memimpin acara, dengan menyerahkan buku catatannya.

Afnan pun meminta tolong Udin sebagai wakil OSIS, untuk melanjutkan penataan struktur baru OSIS dengan anggota lama dan anggota barunya.

Udin mengambil buku catatan sekretarisnya dari tangan Afnan, dan mulai menulis denah kepengurusan OSIS yang baru.

Setelah semua denah ditulis Udin pun menuliskan nama-nama anggota sesuai dengan kolomnya masing-masing, namun hanya ada tiga kolom yang tidak dia isi, yaitu kolom sekretaris, wakil dan ketuanya.

Setelah selesai melaksanakan tugasnya, Udin duduk kembali ke mejanya dan menyerahkan buku catatan itu kepada KOSIS.

Afnan pun berdiri tuk menjelaskan dan menetapkan struktural OSIS, namun dia terhenti dan menoleh ke Udin.

"Lho, kok kolom ketua, wakil dan sekretarisnya kosong?" Tanya Afnan.

"Kurang tahu kak, memang begitu di catatan sekretarisnya, coba lihat deh!" Jawab Udin kepada KOSISnya.

Sesuai dengan kebijakan OSIS jika dalam forum OSIS maka wajib menggunakan panggilan kakak, sebagai bentuk penghormatan dan saling menghargai antara anggota dan siswa yang ada dalam lingkup sekolah dibawah naungan OSIS MA Al-Azhar.

Sambil menyentuhkan pena ke hidung dan bibirnya Afnan berfikir, dan menoleh ke Afina Zahra selaku sekretarisnya.

"Kak Afina, tolong jelaskan ini. Kok saya tidak mengerti dengan maksud anda ya kak?" Tanya Afnan dan meminta Afina menjelaskannya.

"He he he" ketawa kecil Afina dengan senyum main-main.

"Kok, malah ketawa sih. Kak?" Tukas Afnan menatap sinis ke Afina.

"Baik kak, jangan sinis dulu." Afina tersenyum menggoda menghampiri Afnan.

"Baiklah, kakak dan adek yang hadir kali ini. Saya memang sengaja mengosongi tiga kolom ini.

Karena sesuai dengan perjanjian wakil dan sekretaris sebelum ketua OSIS kita dilantik, kami sepakat untuk memberikan wewenang penuh kepada ketua OSIS, untuk memutuskan kebijakan kepada kami berdua.

Saya sebagai sekretaris pernah mengatakan kepada kalian, jika kak Afnan terpilih menjadi ketua OSIS, maka sudah siap untuk digantikan oleh sekretaris yang baru juga, begitu pula dengan wakil OSIS dia juga sudah mengutarakan itu kepada saya.

Karena tugas sebagai wakil tidak jarang akan menggantikan posisi ketua setiap waktu, dan kak Udin sebagai wakil OSIS kita yang lama merasa tidak akan sanggup jika harus menggantikan peran ketua OSIS kita yang baru ini.

Selain kak Afnan adalah ustadznya kak Udin, juga visi dan misi yang direncanakan ke depan sangat berat tanggungjawabnya.

Karena penjelasan itupun saya sebagai sekretaris merasa sama, orang yang satu almamater dengan beliau saja mengundurkan diri, itupun dekat dan sama-sama laki-laki, sedangkan saya seorang perempuan apakah bisa beradaptasi? Kemungkinan kecil dapat berdiskusi dengan beliau.

Begitu kak, penjelasan dari saya. Mohon maaf dan terimakasih." Afina menjelaskan dengan panjang lebar.

Dia hendak kembali ke tempat duduknya, tapi ditahan oleh Afnan.

"Tunggu!" Afnan pun menghentikan dan memegang tangannya.

"Ada apa kak? Kan sudah dijelaskan?" Jawab Afina.

"Karena kak Afina yang mengosongkan, maka kak Afina juga yang harus mengisinya." Pinta Afnan sembari menariknya kesisi kanannya.

"Wakil ketua akan tetap ditempati oleh kak Udin, setuju?" Tanya Afnan ke anggota OSISnya.

"Ya, kak. Setuju!" Jawab mereka serempak.

"Silahkan, ditulis kak?" Pinta Afnan ke Afina.

"Selanjutnya, sekretaris OSIS. Siapa yang akan menempatinya tergantung siapa yg akan menempati ketua OSISnya kan?" Tanya Afnan.

"Kalian setuju, siapa yang akan menjadi ketua OSIS?" Tanya Afnan ke anggotanya.

"Ya, sesuai keputusan pelantikan kak." Jawab anggota OSISnya.

"Siapa tahu ada yang tidak setuju." Sambung Afnan melihat ke Afina.

"Apa? Maksudnya aku yang tidak akan setuju?" Tanya Afina karena dirinya dilihat oleh Afnan.

"Siapa tahu, setelah saya menjabat sebagai ketua OSIS. Ada yang mau menggantikan sekretaris OSIS? Jika ada, siapa? Dan siapa juga yang akan menggantikan saya sebagai ketua juga?" Tanya Afnan kepada anggotanya.

"Maksudnya kak?" Tanya teman-temannya serempak.

Afina hanya terdiam mendengar penegasan kata-kata dari Afnan, yang terlontar sangat serius dan tanpa canda sedikitpun.

Semua anggota mulai kebingungan dengan keadaan yg begitu menegangkan ini.

"Saya tidak pernah mengklaim bahwa Visi dan Misi yang disampaikan itu harus diselesaikan semua. Karena sesungguhnya visi misi itu adalah suatu niat dan Azam yang harus saya sematkan, agar selalu ingat mau kemana tujuan OSIS ini diberikan amanahnya kepada saya.

Apalah seorang ketua OSIS jika tanpa dukungan dari anggotanya, ingat, suatu organisasi tidak akan pernah naik kepuncak kejayaan tanpa kerjasama. Lidi kuat tatkala disatukan tapi akan tercerai berai tatkala sendiri-sendiri.

Jadi saya mohon dengan sangat kepada seluruh anggota OSIS untuk saling mengingatkan dan mensupport satu dengan yang lainnya.

Terkait dengan siapa yang akan menjadi sekretaris OSIS, jika kak Afina Zahra tidak berkenan menjadi sekretaris. Maka saya pun akan meninggalkan jabatan OSIS ini kepada yang lain, bukan tanpa alasan saya memutuskan ini.

Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan tentang OSIS, saya membutuhkan sekretaris, wakil, dan bendahara serta anggota yang sudah lama mengurusi organisasi ini. Selain saya masih baru juga belum tahu seperti apa ketentuan yang harus dilaksanakan.

Seperti itu penjelasan saya, saya harap dapat dimengerti oleh kalian dan khususnya sekretaris OSIS kami, kak Afina Zahra yang saya... Saya.. hormati." Tegas Afnan kepada teman-temannya.

Semua anggota pun menatap Afina dan mengisyaratkan untuk menulis namanya di kolom sekretaris, sebelum Afnan menanyakan hal lain kepada mereka lagi.

"Bagaimana kak? Bersediakah melanjutkan tugas anda? Sebagai sekretaris OSIS?" Lanjut Afnan bertanya kepada Afina.

Afina hanya menganggukkan kepalanya dan segera menulis namanya di kolom sekretaris, diteruskan dengan menyematkan nama Afnan di kolom ketua OSIS.

Setelah itu Afina mundur dan kembali ke mejanya.

Afnan pun melanjutkan penjelasannya dan perencanaan kerja kedepan setelah penetapan OSIS ini.

Selesai Afnan memaparkan keinginannya, dia mempersilahkan Udin untuk melanjutkan serta membacakan struktural OSIS yang baru. Dia pun kembali ke mejanya.

1 jam pun telah terlewati, acara penetapan anggota OSIS selesai, dan diakhiri dengan doa dan acara makan bareng di aula MA Al-Azhar.

Semua anggota OSIS sudah beranjak ke aula MA Al-Azhar, hanya tinggal Afina yang masih tetap di kelas III.


*****


Afnan yang sudah ada di aula bersama dengan teman-temannya, sedari tadi mengarahkan pandangannya keseluruh ruangan mencari Afina, yang memang tidak terlihat dari tadi.

Afnan pun bertanya kepada Yua, "dek, mana mbaknya? Kok tidak kelihatan?"

"Wah, sudah ada yang kangen nih." Ledek Yua.

"Tidak kok dek, cuman karena yang lain sudah kumpul semua. Kan sama-sama belum makan." Kilah Afnan.

"Mungkin masih di kelas III kak, biasa dia akan menyelesaikan tugasnya dulu baru akan makan bersama, kan nanti catatannya akan diserahkan ke kakak.

Pastinya harus rapi dan tidak boleh ada yang salah, kalau lihat kakak tegas kayak tadi mbak Afina pun pasti takut lah. Kami saja kebingungan tatkala kakak mulai memakai nada tinggi gitu.

Coba deh kakak samperin, pasti mau kalau kakak yang ajak. Kalau kita tidak mungkin mau dia." Jelas Yua

"Ah, masak iya. Aku rasa tidak setegas itu, semoga dia tidak ngambek saja. Tadi kakak sindir terus." Jawab Afnan sambil melangkah ke kelas III.

Bersambung


full-width

Komentar

Komentar kotor, menyinggung dan mengandung karakter yang tidak diperkenankan oleh admin akan di hapus dari Blog, Terimakasih!