يَالَطِيْفًا بِخَلْقِهٖ يَاعَلِيْمًا بِخَلْقِهٖ يَاخَبِيْرًا بِخَلْقِهٖ أُلْطُفْ بِنَا يَالَطِيْفُ ياَعَلِيْمُ يَاخَبِيْرُ

Afnan duduk di dalam mushollah Ponpes Al-Azhar sambil berdzikir untuk menenangkan dirinya, dia masih merasa serba salah.

Jika dia lanjutkan menjadi ketua OSIS secara tidak langsung Afina akan mengundurkan diri dari jabatan sekretaris, Afnan memang tidak tahu apa yg sesungguhnya terjadi.

Namun dari nada kekesalannya Afina, Afnan beranggapan bahwa ada ketidak senangan Afina tatkala dirinya ditunjuk untuk menjadi ketua OSIS di MA Al-Azhar.

Ada rasa sakit yang tidak dapat dia utarakan, selain Afina adalah wanita yang memang dia sukai. Dia tidak ingin melukai atau melihat orang yang dia suka merasakan hal buruk karena dirinya.

Dia berfikir keras solusi dari kejadian hari ini, dia juga sudah mendengar bunyi bel pertama dari MA Al-Azhar menandakan acara akan segera dimulai.

Begitu pula dengan Afina, dia segera melangkah dari asramanya. Namun dia tidak langsung ke MA Al-Azhar, dia jalan memutar dari arah luar sekolah MA Al-Azhar, berharap bertemu dengan Afnan dan menjelaskan kejadian tadi di kelas III.

Afina dengan langkah pasrah menuju gerbang sekolah MA Al-Azhar sembari melihat kanan kiri Afnan tidak kunjung terlihat, dengan pelan-pelan dia membalikkan badannya bersiap masuk ke halaman MA Al-Azhar namun terhenti, melihat semua orang memandangnya dan seakan bertanya kemana Afnan.

*****

Afnan sudah beranjak dari duduknya dan menuju halaman MA Al-Azhar, namun dia terhenti di depan pintu tatkala melihat Afina yang diam didepannya menghadap ke halaman MA Al-Azhar.

Afnan juga tidak mau menyapa Afina, karena kejadian tadi membuat dia sedikit sakit hati dengan kata-katanya.

Afnan memilih menunggu saja hingga Afina pindah dari hadapannya, namun mereka berdua tidak sadar jika sedang menjadi pusat perhatian dari seluruh orang yg ada di MA Al-Azhar.

Afina juga tidak menyadari dibelakangnya sudah ada Afnan yang sedari tadi dia cari, dia menundukkan kepala dan tidak dapat berfikir kemana lagi dia akan mencari Afnan.

Pada saat semua orang sedang terdiam, tiba-tiba dari kantor MA Al-Azhar terdengar suara TU sebagai pembawa acara sudah melakukan pembukaan acara pelantikan OSIS.

"Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh,

Pada siang ini, kami MA Al-Azhar akan segera melaksanakan pelantikan Ketua OSIS dengan random acara sebagai berikut." TU membacakan susunan acara

"Sebelum dimulai acara pada siang kali ini, kami harap kepada jajaran pengurus lembaga dan kepesantrenan serta OSIS menempati tempat yang sudah disediakan.

Kepada Wakil, Sekretaris dan Bendahara OSIS silahkan menempati bangku didepan podium pelantikan." Tegas TU

Afina yang masih terdiam ditegur oleh kepala sekolah.

"Kesini mbak sekretaris, tolong diajak juga calon ketua OSIS kita." Pinta Kepsek

Afina pun mengangkat kepalanya menghadap kepala sekolah dan hendak memberitahukan, bahwa calon ketua OSISnya tidak hadir disebabkan oleh dia.

Namun sebelum dia melangkah kedua kalinya, Malah ditegur lagi sama kepala sekolah.

"Lho, ajak tuh Afina. Kok malah ditinggal calon KOSISnya." Tegas Kepsek sambil menunjuk ke arah belakang Afina.

Kepala sekolah sudah mengetahui kejadiannya tadi sebelum acara dimulai dari TU MA Al-Azhar, namun Kepsek sudah mengerti seperti apa karakter dari seorang ustad muda Khoirul Afnan, yang sangat tidak mungkin mengabaikan tanggungjawabnya apalagi bersangkutan dengan yang namanya organisasi.

Jadi Kepala sekolah yakin betul kalau Afnan akan hadir saat acara akan dimulai, begitupun juga terhadap Afina Zahra mungkin hanya terjadi kesalahpahaman diantara mereka berdua.

*****

Afina pun menoleh kebelakang dan benar saja Afnan yang sedari tadi menunggu dia pindah, sudah menatapnya dengan senyumannya.

Namun Afina tahu betul bahwa senyuman itu hanya senyuman penghormatan saja, karena sedang disaksikan banyak orang.

Afina yang merasa bersalah pun langsung menghampirinya dan mengambil tangan Afnan serta mengecup punggung tangannya, diiringi sedikit tangisan yang dia tahan dan meminta maaf dengan suara lirih.

"Maafkan aku, jika kata-kataku menyinggungmu. Sesungguhnya apa yang kamu dengarkan tidak seperti yang kamu bayangkan" ucap Afina.

Afnan hanya terdiam dan merasa tidak enak dilihat semua orang di MA Al-Azhar yang sedang berkumpul menunggu mereka berdua, semua mata tertuju kepada keduanya.

"Dijelaskan nanti saja, saya hanya cari angin tadi keluar. Karena kelamaan menunggu acara" kilah Afnan memberikan alasannya

Mereka berdua pun melangkah menuju podium yang sudah disediakan panitia, hampir semua teman-temannya membicarakan mereka berdua, yang sangat romantis didepan halayak ramai.

Walau mereka tahu hal yg terjadi sebelum kejadian ini, namun menurut mereka ini bukan hal biasa, dimana disini semua pengurus pesantren dan lembaga Al-Azhar berkumpul.

Bahkan sekelas pengurus pun di Ponpes Al-Azhar tidak pernah melakukan hal itu didepan beliau-beliau, namun berbeda dengan Afnan dan Afina kali ini yang benar-benar membuat mereka bertanya-tanya apa yang akan dikatakan pengasuh dan komite pendidikan dan kebudayaan (KOMDIKBUD) yang dijabat langsung oleh Ibu Nyai Ponpes Al-Azhar.

Akhirnya mereka berdua tiba ditempat yang telah disediakan dan duduk bersama di depan podium pelantikan, Udin yang dari tadi gugup menunggu Afnan takut tidak kembali, sekarang akhirnya lega, dengan keisengannya dia berbisik kepada Afnan.

"Hai, ketua OSIS dari mana saja tadi? Kok, sekretarisnya sampai dibuat nangis sih!" Tanya Udin

"Biasa Din, cari angin saja di mushollah. Semoga acara ini lancar dan tidak ada yang mengundurkan diri dari kepengurusan OSIS." Jawab Afnan sambil melirik ke Afina yang juga meliriknya.

"Setelah aku menjabat OSIS, tidak ada yg boleh mengundurkan diri setelah aku tetapkan jabatannya. Terkhususnya kepada sekretaris OSIS." Tegas Afnan

"Hahaha.. ada yang lagi ngasih perhatian nih." Udin pun ketawa dan bercanda ke Afnan.

Afina yang mendengarnya pun menundukkan kepalanya tajam, mengulum senyum manis, malu. Takut diketahui oleh Afnan.

Yua yang sedari tadi sibuk mencari Afnan dan Afina akhirnya lega, dan menghampiri mereka berdua, lalu berbisik kepada Afina.

"Mbk, tadi kak Afnan tuh mau minta diajarin ngikat dasi, Lihat itu kan belum dipasang dasinya. Coba tanyain kenapa dasinya belum dipakai gitu?" Pinta Yua ke Afina

"Heemm, kenapa dasinya belum dipakai? Sebentar lagi mau dimulai acara pelantikanya. Harus dipakai itu, nanti dimarahin sama kepala sekolah lho." Kata Afina sambil menoleh ke Afnan.

"Maaf, dasi saya maksudnya?" Tanya Afnan

"Iya.. kenapa kok belum dipakai?" Jawab Afina

"Jangan ditanyain teruss dong, dipasangin kek. Kok malah ditanyain" celoteh Yua

"Heemm, memangnya mau dipasangin? Kan sekaliber ustad Afnan standartnya pastinya beda dong dengan Udin" kilah Afina.

"Memang sudah tahu standart ku? Siapa yang berani nolak tawaran wanita secantik Sekretaris OSIS Afina Zahra?" Balas Afnan

"Ya sudah. Ayo ke kelas dulu kak OSIS!" Ajak Afina sambil melangkah menuju ruang kelas I

Afnan hanya menoleh dengan senyuman manis.

"Buruan, Nan. Nanti keburu ngambek. Nangis lagi lho." goda Udin

Afnan pun mengikuti Afina ke kelas II, dan kedua kalinya mereka disorot lagi oleh semua orang di halaman MA Al-Azhar itu.

Mereka semua bertanya-tanya, mau kemana dan ngapain?

Sebelum mereka berargumen yang tidak tidak, Afnan pun meminta izin kepada pengasuh dan yang lainnya untuk meninggalkan tempat sebentar. Karena ada beberapa keperluan dan catatan yang harus didiskusikan dengan sekretaris.

Afnan pun melangkah dengan cepat ke ruang kelas I.

*****

Didalam kelas I MA Al-Azhar, Afina menunggu Afnan dengan mengulum senyum manisnya.

Afnan pun menyerahkan dasinya ke Afina yang belum diapa-apain, Afina mulai memakaikan dasi ke leher Afnan.

Dengan jarak yang sangat dekat kurang dari 25 cm, Afnan dapat melihat jelas betapa indah dan cantik wanita didepannya.

"Kesempurnaan hanya milik Allah yang telah menciptakan makhluk secantik ini" gumam Afnan dalam hati.

Dia menghirup aroma parfum yang sangat wangi dari atas kerudung Afina, Afina yang sedari tadi memperhatikan tatapan wajah dan senyuman Afnan, seketika merona dan malu.

Dada keduanya berdegup kencang, sedang mengalami luapan perasaan yang tak menentu kemana arahnya. Hingga akhirnya selesai dan Afnan segera mengucapkan terimakasih kepada Afina, sesegera mungkin dia meninggalkan Afina karena takut jiwa mudanya semakin menggila tanpa arah.

"Terimakasih, mbak Afina Zahra. Sudah mau membantu memasangkan dasi saya, lain kali boleh diajarin ya..?" Ucap Afnan kepad Afina

"Sama-sama, kak Afnan. Mau minta diajarin apa mau dipasangin terus?" Tanya Afina dengan senyum manisnya

"Terserah kamu aja, aku kembali duluan. Nanti kamu nyusul ya." Jawab Afnan segera menuju halaman MA Al-Azhar.

Setelah keduanya kembali ketempat yang disediakan, mereka sudah duduk bersama, dikit-dikit saling lirik dan tersenyum.

*****

Pelantikan OSIS pun dimulai, Afnan dipersilahkan menaiki podium dan dilantik langsung oleh pengasuh pondok pesantren Al-Azhar.

Setelah prosesi pelantikan, dilanjutkan penyerahan berkas oleh sekretaris OSIS kepada ketua OSIS yang baru.

Afina pun melangkah menghampiri Afnan selaku ketua OSIS yang baru, dia gugup dan sesekali membuang napas supaya tidak tegang saat menyerahkan berkas dihadapan Afnan nanti.

Serah terima pun dilakukan, dalam hal ini sekretaris harus menatap kepada ketua OSIS dan sebaliknya untuk didokumentasikan oleh panitia.

Keduanya saling menatap, dan malu-malu karena tadi sempat ada kesalahpahaman diantara mereka.

Dilanjutkan dengan romansa hati mereka yang belum reda saat di kelas I tadi.

Bersambung

Baca bab selanjutnya/preview/button/#ff5722

full-width

Komentar

Komentar kotor, menyinggung dan mengandung karakter yang tidak diperkenankan oleh admin akan di hapus dari Blog, Terimakasih!