Lantunan ayat-ayat suci Al-Quran dan Dzikir tuk mendekatkan kepada sang rabb pencipta alam semesta bergema di Pesantren Raudlatul Jannah, sayup-sayup angin berhembus menyapa pipi setiap insan yang sedang berjuang untuk masa depan mereka.
Menimba ilmu dengan mengharap Ridho Allah SWT dan Rosul-Nya, terpampang jelas kaligrafi arab di dinding mushollah itu :
طَلَبُ الْعِلْمَ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ مِنَ الْمَهْدِ اِلَى اللَّهْدِ
"Wajib bagi setiap ummat islam guna menuntut ilmu mulai dari kandungan hingga liang lahat"
Hadits ini bukan hanya terpapang di dinding mushollah akan tetapi juga ditanam oleh guru-guru kita disetiap kalbu santri-santrinya.
Setelah tiba waktu subuh setiap santri telah siap untuk melaksanakan ibadah sholat subuh dan dilanjutkan dengan kegiatan hari selasa yaitu membaca 7 surah dari Al-Qur'an sebagaimana dari generasi ke generasi secara istiqomah hal itu dilakukan dengan sanad pengamalan muttashil kepada para ulama' salafunas shalihun.
*****
Tuuiiing... Tuuiiing...
Dentang Kenteng (Bel tradisional yang dibuat dari bekas misil belanda) pun berbunyi, menandakan bahwa waktu shalat dhuha sudah tiba dan dilanjutkan dengan sarapan pagi seluruh santri.
Afnan dan kawan-kawannya juga sudah bersiap-siap untuk berangkat ke MA Al-Azhar sesuai dengan amanat kepsek kemaren.
Mereka secara bergantian selesai mempersiapkan setiap kebtuhan yang harus dibawa untuk acara, setelah itu semua santri yang beraktifitas sekolah di Al-Azhar berangkat bersama dari asrama putra.
Ditengah perjalanan menuju ke MA Al-Azhar mereka berpapasan dengan santri putri yang juga sedang terburu-buru untuk memasuki gerbang Ponpes Al-Azhar.
Selama menuju halaman sekolah MA Al-Azhar mereka tidak sengaja saling bertegur sapa dan disela-sela perbincangan mereka ada yang menggoda Afnan.
"Hari ini kita akan punya ketua OSIS baru nih." kata santri putri, seketika membuat santri putra menoleh dan memandang bersamaan ke Afnan.
"Semoga betah yaa? calonnya." sambung Zainuddin
"Ya, Pasti betah lah. iyaa kaannnn?" sambung Anton sambil melirik dan nyindir Afnan yang sedari tadi serius melihat buku yang akan dia baca didepan semua siswa di AL-AZHAR.
"Serius amat, ustad?" tanya salah satu santri putri
"Enggak kok, cuman lagi baca-baca aja. Toh calon ketua OSISnya belum tentu saya." jawab Afnan
Mereka semua hanya menutup mulut dan tertawa kecil, hingga akhirnya mereka sampai didepan pintu gerbang Sekolah MA Al-Azhar.
Afnan memimpin didepan seperti biasanya, dia juga terkejut ternyata persiapannya untuk pelantikan sudah tertata dengan rapi di kelas II, semua meja dan bangku kelas sudah terpindah ke lapangan bulu tangkis beralih menjadi tempat hidangan masakan yang akan disuguhkan kepada hadirin.
Afnan berhenti sejenak didekat net bulu tangkis di tengah lapangan, teman-temannya yang lain sudah mengambil tugasnya masing-masing.
Dia duduk termenung sendiri karena tidak tahu apa yang harus dia kerjakan, hanya dia seorang yang tidak mendapatkan tugas dari kepsek MA Al-Azhar.
Namun beberapa saat kemudian dia merasa ada yang kurang dari dirinya, melihat teman-temannya sudah rapi dengan seragam dan almamaternya dilengkapi dasi ditengah.
Sebagai siswa baru Afnan belum bisa memasang dasi yang melingkari lehernya, dan diikat dengan simpul yang indah.
Afnan masih memegang dasinya ditangan kananya, dia merasa malu untuk minta tolong kepada teman se-angkatannya, karena semua sedang asyik dan sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Jangankan ke teman yang di Pesantren Al-Azhar terhadap teman yang satu pesantren saja dia malu untuk minta tolong, walaupun dia seorang ustad dan pengurus namun tatkala dia berada diluar pesantrennya dia merasa bukan siapa-siapa.
Dia hanya seorang anak yang juga menjadi siswa biasa dan sama mencari ilmu di MA Al-Azhar, disaat dia tidak tahu harus minta tolong kepada siapa, tiba-tiba ada yang menyapa dari arah belakangnya.
"Assalamualaikum, lagi ngapain kak? kok sendirian aja." Tanya Yua adek kelas I nya.
"Waalaikumsalam, tidak ada hanya lihatin teman-teman, dek." jawab Afnan singkat sambil tersenyum.
"Eh kak, kenapa dasinya belum dipasang? lagi nunggu dipasangin sama seseorang ya?" tanya Yua
"Tidak juga dek, kebetulan kakak masih mau belajar pasang dasi agar bagus nantinya setelah diikatkan." Jelas Afnan
"Oh, gitu kak. ngomong-ngomong tadi dicari mbak Afina lho, Kak.
Katanya ada yang mau dijelaskan kak.
Mungkin sekarang ada di ruang kelas III kak, sekalian kakak nanti minta ajarin pasang dasi ke mbk Afina." jawab Yua seraya berjalan ke kelas III dengan mengisyaratkan Afnan untuk mengikutinya.
Afnan pun hanya mengangguk dan mengikuti Yua ke kelas III, namun sebelum dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas III.
Dia mendengar suara Afina sedang berdebat dengan salahsatu temannya, tidak lama terdengar kata-kata yang membuat Afnan mengurungkan niatnya untuk masuk ke kelas III.
"Aku akan mengundurkan diri menjadi sekretaris OSIS jika kalian terus berbicara seperti itu.
Aku tidak ingin karena aku nantinya ketua OSIS baru kalian merasa canggung dan tidak betah di MA Al-Azhar ini." tutur Afina denngan kesalnya
Seketika Afnan beranjak dan pergi dari depan pintu kelas III itu, dia berpamitan ingin keluar sebentar kepada teman-temannya dan TU di kelas II.
Udin dan Rahul yang tidak biasa melihat raut wajah Afnan seperti ada masalah pun saling memandang dan bertanya-tanya, apakah ada yang salah dengan keadaan atau ada yang menyinggungnya?.
"Hul, Din. Ada apa ini?" tanya mereka bersamaan
"Ada apa?" tanya TU
"Afnan itu mbak, seperti sedang ada masalah. Raut wajahnya tidak seperti biasanya" jawab Rahul
"Memang dari mana Afnan barusan Hul, Din?" sambung Anton
Rahul dan Udin hanya menggelengkan kepalanya.
"Barusan dari arah kelas III" kata TU
Mereka bertiga segera bergegas menuju kelas III secara bersamaan.
*****
Di dalam ruang kelas III, Yua dengan cepat menepuk pundak kakaknya.
"Mbak samean ngomong apa? di pintu ada kak Afnan lho." tegas Yua
"Apaaa?" Afina terkejut
"Mana dia? Aku takut dia dengar ucapanku, bisa salahfaham dia." lanjut Afina dan segera bergegas ke pintu kelas III
Namun dia sudah tidak melihat Afnan disana, dia hanya memergoki ketiga teman Afnan yang sedari tadi juga bergegas ke kelas III.
Mereka bertiga serempak bertanya "Ada apa ini, Fina?"
Afina hanya diam dan menutupi wajahnya, dia menangis karena merasa bersalah kepada Afnan, dengan kata-katanya tadi 100% akan menimbulkan kesalahpahaman.
Dia hanya menunjuk ke beberapa temannya didalam kelas dan berlari keluar sekolah MA Al-Azhar, ingin mengejar Afnan dan menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi.
Namun dia tidak menemukan kemana arah Afnan pergi, dengan lemas dan menahan tangisannya dia melangkah kembali ke asrama putri.
Dia tidak menyangka di detik-detik terakhir acara akan dimulai akan terjadi hal yang seperti ini, hal yang sudah dia takutkan dihari-hari kemarennya.
Dimana dia sudah memperingatkan teman-temannya untuk tidak membicarakan hal yang tidak masuk akal di sekolah, karena dia takut apa yang dia rasakan tidak sama dengan apa yang dirasakan oleh Afnan.
*****
Didalam kelas Anton, Rahul dan Udin sedang berdebat dengan siswi perempuan yang dari tadi sedang menggoda Afina dan menjahilinya.
Mereka bertiga menjelaskan bahwa acara ini sebentar lagi akan dimulai, bagaimana jika Kepala Sekolah dan Pengasuh datang dan Afnan belum kembali ke MA.
Buruknya dia tidak mau ditunjuk sebagai ketua OSIS yang baru, gara-gara kejadian ini, apa yang harus mereka katakan kepada Pengasuh dan Kepala Sekolah.
Mereka semua diam dan suasana hening setelah perdebatan panjang.
Sampai bunyi bel pertama sudah terdengar, menandakan acara 30 Menit lagi akan segera dimulai dan seluruh Kepala Sekolah Lembaga di Al-Azhar termasuk Pengasuh dan Komite Pendidikan serta Kepolisian sudah hadir ditengah-tengah sekolah MA Al-Azhar.
Bersambung
Baca bab selanjutnya/preview/button/#ff5722
full-width
Post a Comment
Komentar kotor, menyinggung dan mengandung karakter yang tidak diperkenankan oleh admin akan di hapus dari Blog, Terimakasih!