Di Pesantren Riyadhul Jannah sudah selesai melaksanakan kegiatan shalat berjam'ah dzuhur, semua santri sudah bersiap - siap untuk berangkat belajar di madrasah diniyyah, Afnan masih bersantai dan bersandar didalam kamarnya. ditemani oleh Anton yang sudah mandi dan bersiap untuk mengajar di MADIN (Madrasah Diniyah) Riyadhul Jannah, kebetulan Anton adalah teman se-angkatan dengan Afnan yang juga sudah menjadi ustad dan mengajar.

"Nan, tadi sebelum pulang dipanggil kepsek yaa?" tanya Anton

"Iya Ton, aku juga bingung. Tadi kepsek bilang aku harus datang lebih pagi besok, karena ada sesuatu yang harus dipersiapkan terlebih dulu" jawab Afnan

"Eh, iya Nan. Kamu besok memang harus berangkat lebih pagi, karena aku dapat kabar dari TU dan Udin tadi sebelum pulang, besok itu pelantikan ketua OSIS yang langsung ditunjuk oleh jajaran guru dan kepala sekolah MA.

Udin kan juga wakil OSIS, Nan.. Jadi dia tahu persiapan seputar OSIS untuk besok itu, coba deh kamu tanya ke dia. Perasaan kamu yang akan diangkat jadi ketua OSIS." jelas Anton

"Ah, masak iya. Aku kan baru masuk ke MA, tidak mungkin lah." sanggah Afnan

"Menurut mu siapa?" tanya Anton

"Setahu aku acara itu terlalu mendadak, dan itu pas saja kamu masuk ke MA. Kamu tahu sendiri kan? kenapa aku nyuruh kamu sekolah di MA?" tanya Anton

"Memang kenapa Ton?" Afnan balik nanya

"Gini lho, kita itu kadang-kadang greget sama anak-anak di Al-Azhar. Bukan hanya kita tapi juga adek kelas kita baik yang di MA atau yang di MTS, mereka sering disodorkan pertanyaan masalah ilmu kitab kuning gitu terutama dalam pembahasan gramatika arab yang lagi diterapkan di PP Al-Azhar, itu lhoo Nan.. Metode Amtsilati.

Kita - kita kan tidak belajar itu, nah anak-anak itu kelabakan kalau ditanya masalah itu, kadang Aku, Rahul sama Udin juga dapat pertanyaan itu, seakan mereka tes kemampuan kita atau lebih tepatnya meremehkan kita. mau tidak mau kita kan beda pesantren kaan, makanya aku itu sama temen-temen yang dari sini pengen kamu sekolah juga di Al-Azhar." keluh Anton kepada Afnan

"Memang kenapa kalau aku sekolah di Al-Azhar?" tanya Afnan

"Kalau kamu sekolah disana, aku yakin tidak akan ada lagi yang mau meremehkan kita. karena yang lagi populer ustad muda kondang kan kamu, hampir seluruh pesantren se-kecamatan tahu lhooo..." kata Anton menjelaskan

"Hehehe, tapi kita lihat aja nanti Ton, karena aku juga tidak mau kamu atau siapapun yang satu almamater pesantren dengan ku di remehkan oleh orang lain. Walau ilmu kita tidak se'alim masyayikh tapi kita juga punya harga diri yang harus kita pertahankan" tegas Afnan

"Iya, iya, ayo kita siap-siap ngajar dulu di MADIN nanti kita ke Udin setelah ngajar, aku juga penasaran sama acara OSIS Ton" lanjut Afnan

"Heemmm, penasaran sama acara OSIS apa sama tuuu... ?" ledek Anton dengan nada menyindir

"Itu apa Ton?" tanya Afnan

"Ah.., gayamu Nan, sok tidak ngerti. Itu sama sekretaris OSIS, yang pernah ku ceritakan dulu itu. Cantik kan?" sambung Anton

 "Ah, kamu ada-ada aja Ton, udah ayo kita ngajar anak-anak dulu, kita lanjut bahas setelah mengajar di MADIN" bantah Afnan

"Oke, ayo!" jawab Anton

Setelah usai mengajar madin Afnan dan Anton pergi ke tempat Zainudin.

"Assalamu'alaikum Din." Ucap keduanya

"Wa'alaikumsalam, silahkan masuk" Zainudin mempersilahkan kedua temennya masuk kedalam kamarnya.

"Gini Din, aku mau nanyak masalah persiapan OSIS besok, kenapa dadakan diadakan? Tadi sebelum pulang aku juga dipanggil kepsek untuk datang lebih awal besok." Tanya Afnan

"Iya Nan, tadi aku dapat kabar dari TU besok mau ada angkatan OSIS baru dengan struktur keanggotaan yang baru juga. Karena OSIS yang sekarang tidak ada ketua, hanya aku sebagai wakil saja.

Dan semua jajaran guru sepakat kamu yang akan diangkat menjadi ketua OSIS." Jawab Udin

"Lho, kok aku? Kenapa bukan kamu aja? Kan kamu juga lebih awal dan juga sudah berpengalaman jadi wakil OSIS?" Afnan menimpali juga menoleh ke Anton

"Tuh tanyak ke Anton, kenapa aku tidak mau dijadikan ketua OSIS" jawab Udin sambil menengadah ke Anton

"Iya Nan, sebetulnya kemaren ada 3 kandidat yang sudah diajukan menjadi ketua OSIS sebelum kamu masuk ke MA, salahsatunya Aku, Udin dan Rahul.

Kita sudah setuju untuk melakukan voting pemilihan ketua OSIS yang baru, namun setelah ada kabar kamu mau daftar masuk ke MA, saat itu juga Udin mengundurkan diri dari pencalonan OSIS, karena dia berasumsi sangat tidak bisa mengatur kamu.

Karena selain kamu pengurus di Ponpes ini juga sebagai Ustadnya, ya bagaimana yaaa, kurang etislah jika harus ngatur-ngatur ustadnya dong, apalagi pengurus pesantren lagi." Jelas Anton

"Jadi setelah Udin bilang seperti itu, aku dan Rahul juga sama-sama ngundurkan diri. Aku juga merasa agak gimana kalau ngatur-ngatur kamu, kamu tahu sendiri, jangankan aku, kyai saja kadang beda pendapat denganmu dan tidak jarang pendapatmu yang lebih dipilih yang lain.

Daripada kedepannya kita akan berseteru karena sebuah pendapat tentang organisasi dan lainnya, lebih baik aku mundur, hehehe, kita bertiga menyerah deh." Lanjut Anton menjelaskan dengan sedikit bergurau seperti biasanya santri berdialog sesama teman seangkatannya, yang tidak mungkin dilakukan santri yang masih dibaru belajar lainnya.

"Tidak begitu juga konsepnya" sela Afnan yang kurang setuju dengan keputusan yang diambil oleh teman-temannya itu.

"Orang yang berilmu itu tidak boleh merendahkan dirinya sendiri dan terpenting adalah jangan menyerah sebelum perang dong" lanjut Afnan dengan senyuman kepada kedua temennya.

"Sudahlah, jangan memperdebatkan masalah itu, intinya kita sudah mengundurkan diri dan mengatakan alasan itu ke kepsek, jadi kepsek pun sudah menyetujuinya. Karena tidak mungkin OSIS diberikan kepada orang yang sudah merasakan beban sebelum bertugas." Udin menjelaskan

"Dan keputusan kepsek pun sudah dibuat berdasarkan rapat dengan jajaran guru dan pengurus di MA, semuanya sudah sepakat kamu yang akan ditunjuk menjadi ketua OSIS tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu. Karena kalau nanti kamu diminta persetujuan juga pasti tidak mau menurut beliau-beliau." Lanjut Udin

"Kabar ini sudah didengar seluruh lembaga di Ponpes Al-Azhar, jadi besok akan dihadiri oleh Pengasuh, dan kepala masing-masing lembaga.

Kamu tidak usah khawatir Nan, kan ada kita juga yang akan selalu support dan temen-temen yang lain di kepengurusan OSIS.

Apalagi ada tuh.. tuuh... Jadi pasti jayalah OSIS Al-Azhar, aku yakin itu. Sepak terjang dan kemampuanmu sudah tidak dapat dipungkiri oleh siapapun termasuk jajaran pengurus baik disini ataupun disana." Tukas Udin

"Bentar-bentar, tuh.. tuh... Maksudmu siapa Din ?" Sela Afnan

"Ups, siapa yaaa..? Besok kamu pasti tahu siapa yang akan mendampingi kamu waktu bertugas dilantik menjadi OSIS. Oke! It's oke, jadi sekarang tugas kamu siapin visi dan misi untuk menjabat OSIS baru.. hehehe." Ledek Udin dan Anton

"Aaaakh.." Afnan membuang nafasnya, dengan kejahilan temen-temennya. Dia mengerti apa yang dimaksudkan temen-temennya itu, siapa lagi kalau bukan Afina Zahra yang sempat mengguncang titik terpenting dalam dirinya.

******

Di Ponpes Al-Azhar putri semua santriwati sedang sibuk menyiapkan kebutuhan untuk acara esok.

Ibu Nyai yang sedang duduk santai pun dibuat tersenyum dengan gurauan santriwati didapur yang sedang membicarakan calon ketua OSIS yang akan dilantik besok.

Dari sudut dapur terdengar celotehan salahsatu murid MA kelas I.

"Sepertinya akan ada CINLOK di MA kali ini nih." Sambil melirik ke Afina Zahra yang sedang memanaskan sup

"Heemm, siapa emangnya?" Goda santri yang lain.

"Ya, lihat aja satu minggu kedepan deh. Pengen tahu sekuat apa sih menahan perasaan tatkala dua insan yang sudah lama ingin bertemu, sekarang diijabah doanya" lanjut murid MA kelas I tadi, selain adek kelas dari Afina Zahra dia juga adek Sepupunya.

Ternyata sejak Afina dapat salam dari Afnan yang dititipkan melalui Anton, semua santriwan santriwati ponpes Al-Azhar sudah tahu keduanya memendam rasa yang sama, namun tidak pernah terpublikasi karena tidak saling bertemu.

Hanya saling mendoakan yang terbaik untuk masing-masing.

Hanya beberapa bulan sebelum bertemu di MA Al-Azhar mereka sempat tampil disatu panggung diacara haflatul imtihan tahun lalu. Tatapan mereka saling mengunci walau tidak saling kenal, itu disaksikan secara seksama oleh santriwan santriwati dari kedua Pondok pesantren ini.

Afina yang mendengarkan dan mengerti bahwa dirinya yang dimaksud oleh adek dan teman-temannya, seketika dia berbalik dan melihat kesemua arah takut ada ibu nyai. Yang tidak sengaja ternyata mendengarkan rumpi mereka, karena dia takut dan tidak enak terhadap Afnan jika sampai Ibu Nyai bertanya langsung masalah itu ke Afnan.

Dia juga tidak siap jika nantinya Afnan juga mengatakan hal yang tidak dia inginkan.

Karena kelihatan begitu gelisah dari raut wajah dan tingkahnya, dia digoda oleh teman-temannya.

"Rupanya ada yang merasa nih?" Celoteh salahsatu temannya.

Afina selaku ketua asrama menyipitkan matanya dan bergegas pergi dari kebersamaan mereka, dengan perasaan senang dan gugup serta takut, dia mencoba menenangkan diri untuk mempersiapkan mentalnya untuk esok hari.

Bersambung

Baca bab selanjutnya/preview/button/#ff5722

full-width

Komentar

Komentar kotor, menyinggung dan mengandung karakter yang tidak diperkenankan oleh admin akan di hapus dari Blog, Terimakasih!