Kriing... kriing...

Bel berbunyi menandakan jam pelajaran ke dua akan segera dimulai. Semua santri kembali ke kelas masing-masing, dikantor telah berkumpul jajaran guru yang sudah siap mengisi pelajaran pada sesi waktu jam ke-dua.

Di kelas II MA Al-Azhar telah dimulai mata pelajaran al-qur'an hadits oleh seorang guru yang familiar dikenali oleh setiap santri tak terkecuali oleh afnan yang baru masuk ke ruang kelasnya, beliau adalah keponakan dari kyai sepuh pengasuh pertama dari Pondok Pesantren Riyadhul Jannah.

"Assalamu'alaikum, ustad" Afnan menyapa guru yang sedang berada di meja guru sambil melihat materi pelajarannya.

"Wa'alaikumsalam, lho... kapan yang masuk ke MA Al-Azhar ustad?" tanya ustad Isma'il (Guru Al-Qur'an Hadits) sembari saling berjabat tangan dan saling mengecup tangan.

"Baru tadi pagi ustad," semua mata tertuju pada Afnan yang terlihat akrab dengan guru yang sudah sepuh dan terkenal akan kewaraannya dalam ilmu fiqh, hanya teman se-angkatan dari pesantren yang sama terbiasa kepada keakraban keduanya karena sudah sering terlihat di Pesantren Riyadhul Jannah.

Seketika suasana hening sejenak.


*****

Karena keduanya sering bertemu dan berdialog di Pesantern Riyadhul Jannah baik dalam berbagi ilmu dan pendapat disela-sela kesibukan mengajar di pesantren.

Ada rasa canggung diantara keduanya, disatu sisi Afnan merasa tidak enak karena telah bersikap akrab kepada ustad Isma'il, dia takut mengurangi haibahnya (wibawanya) sebagai guru di MA Al-Azhar terhadap santri-santrinya yang lain, disisi lain ustad Isma'il merasa kurang berkenan jika harus mengajar seorang ustad yang dikenal dengan baik keilmuan agamanya di Pesantren Riyadhul Jannah.


*****

Seketika suasana hening terbias, ketika terdengar suara ketukan dipintu masuk kelas II. Kebetulan Afnan ada didepan pintu masuk sedang mengobrol dengan ustad Isma'il.

"Ustad tolong bukakan pintunya, itu masih ada santri putri mau masuk" pinta ustad Isma'il

"Oh, inggeh ustad. Sebentar saya buka dulu" jawab Afnan sambil membuka pintu

"Assalamu'alaikum" suara halus terdengar dari santri putri yang ada didepan pintu.

Membuat Afnan terdiam menatap keindahan wanita didepannya, karena belum pernah melihatnya selama jam pertama masuk tadi pagi, tangan Afnan tetap di gagang pintu dan badannya menghalangi jalan pintu, hingga ustad Isma'il berdeham.

"Ehem, Ustad dikasih jalan dong. Nanti jam pelajaran sampai habis kalau terus disitu" sindir ustad Isma'il sambil tersenyum.

"O.. Ooh.. iya ustad" Afnan menjawab dengan terbata-bata sambil tersenyum

"Silahkan masuk" sambung Afnan mempersilahkan

Santri putri itupun masuk sambil menundukkan kepala, karena tersipu malu oleh sindiran ustad Isma'il

"Ustad, kesini bentar! saya mau minta tolong" panggil ustad Isma'il

"Iya Ustad, ada yg bisa saya bantu?" jawab Afnan

"Iya ustad, sebentar" ustad Isma'il sambil berdiri dan mengumumkan kepada santri yg sudah hadir dan duduk dibangku masing-masing.

"Anak - anak, sekarang saya masih ada udzur dan saya titipkan pelajaran sekarang ke ustad Afnan. Karena aslinya mas Afnan ini adalah salah satu ustad muda yang saya kagumi pemahaman fiqhnya" ustad Isma'il menjelaskan kepada santrti-santrinya.

Seketika pusat perhatian tertuju kepada keduanya, karena santri di AL-Azhar belum ada yang tahu kepada Afnan sama sekali. Hanya ada kabar kalau ada ustad muda di PP Riyadhul Jannah yang sering ikut Bahtsul Masa'il disetiap pertemuan antar pesantren se-kecamatan.

"Maaf ustad, saya hanya seorang santri yang ingin menimba ilmu dan tidak untuk mengajar disini. Masih ingin menambah kekurangan ilmu agama saya, saya merasa kurang pantas ustad." sanggah Afnan kepada ustad Isma'il

"Jangan menyimpan ilmu hukumnya tidak baik" tutur ustad Isma'il sambil tersenyum

"Jika ustad tidak mau menulis materi dipapan, bisa minta tolong kepada ananda Afina Zahra untuk menulisnya.

Kebetulan santri yang lain juga bisa belajar tahsin nantinya, kan sampean juga guru tahsinul khat di pesantren." kata ustad Isma'il sambil menyerahkan buku materi kepada Afnan yang sedari tadi berdiri didekat ustad Isma'il.

"Saya pamit dulu ustad" lanjut ustad Ismail sambil menjabat tangan Afnan.

"Anak-anak jangan nakal, saya pamit dulu. Catat materi pelajarannya dan silahkan istirahat atau boleh beranjak dari kelas jika sudah waktunya pulang tiba." pesan ustad Isma'il kepada santri-santrinya

"Iya ustad" jawab santri serempak.

Ustad Isma'il meninggalkan kelas II, dan Afnan berdiri terpatung tidak bergeming dari tempatnya. Karena masih merasa aneh saja, karena baru pertama masuk sekolah, keadaannya sudah tidak seperti biasanya.

Dia harus mewakili seorang guru untuk menerangkan pelajaran kepada rekan-rekannya.


*****

Didalam kantor MA Al-Azhar ustad Isma'il tersenyum sendiri, karena beliau aslinya tidak ada keperluan atau udzur, hanya ada janji dengan kepala sekolah di kantor.

Dia merasa sungkan jika harus mengajar ustad yang sering dia ajak bertukar ilmu dan pendapat, dan dia juga merasa ada yang aneh dengan ustad Afnan saat membukakan pintu kepada Afina tadi.

Seperti ada keindahan pada pandangan pertamanya, "heemmm, sepertinya suka deh." ustad Isma'il bergumam sendiri sambil tersenyum.

Didalam kelas II Afnan masih mencoba menenangkan fikiran dengan menoleh kearah bangku yang ditempatinya, dia menatap dari kiri ke kanan hingga terdiam dengan menatap wanita yang tadi dibukakan pintunya.

"Sungguh indah dan menawan ciptaan-Mu ya robb, Engkaau ciptakan dia dari tulang rusuk yang mana? semoga tulang rusuk itu akan disatukan dengan yang terbaik sehingga tidak akan terpisah lagi. Amin" gumam afnan dalam hati dan fikirannya.

Pandangan Afnan beralih ke Rahul saat Afina melihatnya.

"Hul, siapa yang namanya Afina Zahra? aku mau minta tolong untuk nulis materinya di depan." tanya Afnan

"Itu lho.. paling utara yang tadi sampean bukakan pintu" jawab rahul sambil menunjuk ke arah Afina

"Heeemm, dia yang namanya Afina Zahra" gumam Afnan dalam hati

"Boleh minta tolong Hul, kasihkan buku ini ke dia. Agar nulis materi dipapan, aku tidak enak yang mau nyuruh" pinta Afnan

"Heemmm, tidak enak apa gimana?" Rahul tersenyum meledek

"Fin.. Afina.." panggil Rahul

"Apa Hul?" jawab Afina

"Nih, minta tolong tuliskan materi dipapan!" jawab rahul sambil mendorong Afnan ke arah bangku Afina, Afina berdiri menghampiri Afnan yang sedang memegang buku materi

Keduanya saling berhadapan tapi tak bertegur sapa karena masih canggung, Afnan menyerahkan bukunya dan tidak sengaja menyentuh tangan Afina, Hingga keduanya terkejut dan saling menatap dalam diam.

"Eiiiits... ehem.. ehem.. Ada yang lagi PDKT nih" celoteh temen-temennya

Afnan segera melepaskan bukunya dan kembali ke mejanya sendiri, namun ditegur oleh temen-temennya untuk kembali ke meja guru karena sedang mewakili gurunya.

Jadi mau tidak mau Afnan kembali ke meja guru dan posisinya dekat dengan papan tulis dekat dengan Afina yang sedang menulis.

Afina sesekali melirik ke Afnan yang sedang melamun menatap meja guru, Afina ada materi yang tidak mengerti maksudnya untuk ditulis, namun dia malu untuk bertanya kepada Afnan.

Karena baru pertama kalinya bertemu dengan dia, hingga akhirnya afnan menoleh ke arahnya dan bertanya.

"Ada apa?" tanya Afnan kepada Afina

Afina melangkah kesamping meja guru dan menunjukkan materi yang tidak dimengertinya, "ini maksudnya bagaimana ya? saya tidak mengerti." Sambil menatap afnan, begitu pula dengan Afnan yang sedari tadi ingin menatap wanita disampingnya.

"Heemm, itu yaa?" tanya Afnan sambil memegang buku materi

"Iya" jawab Afina sambil menarik telunjuk tangannya.

من ترك الصلاة بغير عذر شرعي فقد كفر جهارا

"Barang siapa yang meninggalkan sholat dengan sengaja (tanpa udzur syar'i) maka dia kafir secara terang-terangan"

Kebetulan Afnan sudah terbiasa dengan bacaan kitab kuning yang tanpa harakat, dia melihat ke Afina dan menyuruhnya untuk memberikan harakat tulisan arabnya dipapan tulis dengan di dektenya.

Afina mundur kembali kehadapan papan tulis sambil ditemani Afnan disampingnya.

"Ehem.. ehem.. memang harus berdua yaa, nulisnya?" Ledek temen-temen mereka.

Afnan dengan sengaja mendekat ke afina yg sedang memberi harakat, sambil berbisik "harakatnya jangan jauh-jauh dari lafadznya, agar tidak tercampur dengan huruf yang lain".

Setelah itu Afnan lanjut keluar dari kelas sambil memegang kepala dan dadanya yang dari tadi berdegup kencang, entah apa yang terjadi dia merasakan hal yang berbeda setiap dekat dengan Afina.

Begitupun Afina hanya menganggukkan kepalanya tatkala mendengarkan ucapan Afnan, dia juga merasakan hal yang sama.

Selagi Afnan pergi ke kamar mandi dia melihat kepala sekolah yang sedang berbincang dengan TU dan ustad Isma'il dan guru-guru yang lain di kantor MA Al-Azhar.

Awalnya Afnan tidak iba dengan perbincangan mereka, tetapi pas ketika kembali ke kelasnya dia lewat didepan kantor dan mendengar sedikit pembicaraan para guru dan kepala sekolah.

"Kita harus memilih ketua OSIS baru, karena MA sekarang tidak ada ketua OSIS karena ketua yang lama sudah pindah sekolah" ucap TU kepada semua guru.

Afnan terus melangkah tanpa menghiraukan perbincangan mereka, dia berfikir mungkin akan ada acara besok di MA Al-Azhar untuk pemilihan ulang OSIS, jadinya besok tidak akan ada pelajaran dan bisa libur juga.

Dia masuk ke kelasnya dan melihat Afina yang baru selesai menulis dan meletakkan buku materi dimeja guru, Afnan tersenyum dan mempercepat langkahnya menuju meja guru, berdiri tepat dibelakang Afina.

"Astaghfirullah" Afina kaget karena tiba-tiba saat berbalik badan jaraknya dekat sekali dengan Afnan. Dia hanya bisa terdiam dan menunggu Afnan memberikan jalan, afnan dengan sengaja menunggu apa yang akan terucap dari bibir manis wanita didepannya dengan menaruh senyum manis.

"Maaf, permisi. Boleh saya lewat?" Afina menegur

"Boleh kok, silahkan" Afnan mempersilahkan. Sembari melangkah ke meja guru untuk menerangkan pelajaran qur'an hadits.

Bel tanda waktu pelajaran terakhir sudah berbunyi dan semua santri keluar dari kelas masing-masing bersiap untuk pulang, hanya di kelas II yang tetap belum beranjak, karena masih menunggu selesainya keterangan dari Afnan.

Setelah selesai, Afnan mempersilahkan rekan-rekannya untuk meninggalkan kelas, namun saat mereka mau beranjak dari kelas II, tiba-tiba kepala sekolah masuk ke kelas II dan menyampaikan sesuatu yang rasanya sangat penting.

"Sebentar dulu anak-anak, ada yang perlu bapak sampaikan. Karena anggota OSIS inti ada di kelas II mohon besok disiapkan untuk mengadakan rapat dan pemilihan ketua OSIS baru di kelas II pada jam pertama masuk sekolah.

Afina selaku sekretaris OSIS, besok disiapkan berkas-berkas OSIS untuk serah terima jabatan kepada ketua OSIS yang baru."

"Bukannya akan diadakan pemilihan ketua OSIS terlebih dulu?" jawab dan tanya Afina

"Ketua OSIS kali ini akan ditunjuk langsung oleh kepala sekolah dan jajaran guru MA Al-Azhar, disiapkan saja berkasnya." Jawab kepala sekolah.

"Baik pak" jawab afina sambil menganggukkan kepala.

"Baik silahkan lanjutkan, sudah waktunya pulang. Kecuali mas Afnan nanti ikut saya ke kantor sebelum pulang." Tegas kepala skolah

Afnan hanya diam dan heran serta gugup kenapa hanya dirinya yg dipanggil oleh kepala sekolah, takutnya ada yang salah atau berkasnya tidak memenuhi syarat untuk masuk ke MA Al-Azhar.

Dia hanya bisa membuang nafas kasar dan mengikuti kepala sekolah ke kantor MA Al-Azhar.

Sesampainya di kantor Afnan dipersilahkan duduk oleh kepala sekolah.

"Mas Afnan besok harus datang lebih pagi yaa!" Pinta kepala sekolah

"Oh, bukan berarti tadi kesiangan ya mas, karena ada yang perlu dijelaskan sebelum acara pengangkatan OSIS" jelas kepala sekolah.

"Kalau boleh tahu, apa hubungannya dengan saya, ya pak?" Afnan bertanya karena heran, apa hubungannya dia dengan acara OSIS besok.

"Sudah, mas Afnan lakukan saja, besok pasti tahu juga kok." Jawab kepala sekolah

"InsyaAllah pak, saya usahakan pak." Jawab Afnan

"Baiklah, hanya itu yang mau saya sampaikan. Mas Afnan sudah bisa pulang atau mungkin masih mau ke kantin terlebih dulu, silahkan" kepala sekolah mempersilahkan Afnan.

"Baik pak, saya pamit dulu, Assalamu'alaikum" Afnan berpamitan

"Wa'alaikumsalam, jangan lupa yaa" kepala sekolah mengingatkan

Afnan keluar dari kantor dan berjalan pulang dengan pikiran penasaran dengan apa yang disampaikan oleh kepala sekolah tadi.

Bersambung

Baca bab selanjutnya/preview/button/#ff5722

full-width

Komentar

Komentar kotor, menyinggung dan mengandung karakter yang tidak diperkenankan oleh admin akan di hapus dari Blog, Terimakasih!