Penulis: Bodhi Si
Dua Telinga
BAB 3
“Gerald, kenapa kau
harus berpura-pura punya uang?” ejek Xavia.
Sementara Rachel
masih terkejut melihat kartu black-gold yang diletakkan Gerald di meja kasir.
Pasalnya, kartu Universal Global Supreme Shopper hanya dikeluarkan untuk keluarga-keluarga
kaya dan berkedudukan tinggi di dunia. Jadi tidak diragukan lagi kalau pemilik
kartu itu pastilah orang yang sangat berada.
Dari sisi yang
lain, Wendy bergegas mengambil kartu itu dan memasukkannya ke alat pembaca.
Lalu Gerald mengetikkan tanggal lahirnya sebagai pin dan transaksi berhasil!
“Oh, ya, Tuhan!”
Semua orang terkesiap.
“Pria ini baru saja
membeli Hermes edisi khusus seharga lima puluh lima ribu dolar? Dia benar-benar
orang kaya!”
“Sungguh rendah
hati sekali”
Para pengunjung
memandangi Gerald penuh takjub.
Dari tempatnya
berdiri, Yuri sungguh tidak percaya dengan yang baru saja disaksikannya.
Bagaimana bisa si miskin ini tiba-tiba menjadi kaya? Ada rasa sesak di dadanya.
Beberapa saat lalu dia menunjukkan wawasan luasnya soal barang-barang mewah,
sekarang Yuri tidak lebih dari seorang badut. Hal yang sama juga dirasakan
Xavia.
“Kau..kauu..
darimana kau dapatkan kartu itu, Gerald?”
Bagaimana bisa dia
membeli tas mewah edisi khusus seharga lima puluh lima ribu dolar semaunya?
Xavia lebih tidak percaya karena Gerald membelinya menggunakan kartu Universal
Global Supreme Shopper! Bahkan kartunya saja sudah bernilai tinggi.
Apa sungguh dia
sendiri yang membelinya? Apa ini nyata?
Gerald memandang
Xavia tanpa berkata sepatah katapun. Dia masih bisa merasakan sakit hatinya
atas kejadian malam lalu. Saat ini yang ada di kepalanya adalah, ‘kakakku
memberiku kartu ini dan aku bisa membeli apapun sampai tiga ratus ribu dolar’.
“Tuan, saya akan
segera mengemas tas ini untuk Anda. Mohon menunggu sekitar tiga puluh menit.
Karena ini adalah barang yang sangat eksklusif, jadi kami harus memastikan
mengemasnya dengan baik”.
Gerald merasa gugup
menyadari semua orang di toko masih memperhatikannya. Akhirnya dia memutuskan
menolak penawaran Wendy dan mengambil tas itu lalu bermaksud segera
meninggalkan toko.
“Berhenti! Tunggu!”
Dengan pandangan masih menghina, Yuri menghentikan langkah Gerald dan
menghalanginya pergi.
“Apa lagi yang kau
inginkan?” jawab Gerald dingin.
Yuri mendengus
kesal dan menunjuk kartu black-gold di tangan Gerald, “Aku curiga kau pasti
mencuri kartu itu dari pemilik aslinya kan? Lagipula apa susahnya juga
mendapatkan password di zaman yang canggih seperti sekarang!”
Yuri lalu beralih
ke Rachel, “Rachel, lebih baik kau laporkan ini pada manajermu. Jika kartu ini
memang benar hasil curian, tentu akan menjadi reputasi buruk bagi toko kalian
jika publik tahu.”
Xavia sependapat
dengan Yuri, “Benar, Rachel, lagipula lihat saja penampilannya, bagaimana mungkin
gembel macam dia bisa memiliki kartu eksklusif dan membeli tas mahal?”
Rachel merasa apa
yang dikatakan Yuri dan Xavia masuk akal juga. Dia memandang Gerald dan
berkata, “Tuan, mohon tunggu sebentar. Manajer kami akan segera datang.”
Pengunjung lain
dengan sigap menghalangi jalan Gerald agar dia tidak bisa menuju pintu keluar.
Gerald tidak
menyangka urusan membeli tas saja bisa jadi serumit ini. Akhirnya dia pasrah,
karena akan percuma untuk berusaha keluar dari toko ini sekarang. Dia
memutuskan menurut saja menunggu manajer toko datang.
Segera setelahnya,
seorang wanita kisaran usia tiga puluhan mengenakan baju yang sangat elegan
menghampiri mereka. Rachel segera memberitahu manajernya bahwa mereka
mencurigai Gerald telah mencuri kartu black-gold.
Manajer toko
memandang Gerald dengan saksama, lalu tersenyum dan berkata, “Maaf Tuan, jika
Anda tidak keberatan, boleh saya lihat kartu black-gold Anda?” ujar manajer itu
dengan sopan. Tentu dia harus bersikap profesional sebagai manajer toko ternama
dan tidak boleh menilai pengunjungnya hanya dari tampilan luar saja.
Gerald tidak bisa
melakukan apa-apa selain menuruti manajer toko dan menyerahkan kartu black-gold
nya. Manajer toko membawa mesin pembaca khusus dan dengan lihai memasukkan
kartu itu ke slot.
“Tuan, bisa Anda
sebutkan nama belakang dan nomor identitas Anda?” tanya manajer toko dengan
ramah.
“Namaku Gerald
Crawford dan kakakku Jessica Crawford”, meskipun kakaknya sudah menjadikan
tanggal lahirnya sebagai pin, tapi Gerald belum yakin atas nama siapa kartu itu
didaftarkan. Dia lalu juga menyerahkan kartu identitasnya ke manajer toko.
“Sekarang mari kita
lihat apa yang akan dikatakannya!” Yuri berkata dengan senyum sinis dan nada
penuh kemenangan. Dia lalu mengeluarkan ponselnya dari saku, bersiap menelpon
polisi jika benar kebohongan Gerald terungkap.
Manajer toko masih
memproses pengecekan kartu. Sesaat kemudian, ekspresi terkejut tersirat di
wajahnya ketika mengetahui bahwa Gerald memang benar-benar pemilik sah kartu
black-gold itu. Gerald juga tercatat sebagai nasabah eksklusif, yang berarti
dia berasal dari keluarga yang sangat kaya dan terpandang. Dengan berkeringat
dingin, dalam hati wanita paruh baya itu mengumpat, ‘Sial! Rachel sudah
mempermalukanku di depan pelanggan terhormat!’.
Wanita itu kemudian
mengeluarkan kartu dari slot, menghampiri Gerald dan membungkukkan badan
sebagai bentuk permohonan maaf, “Tuan Crawford, saya mohon maaf atas
ketidaknyamanan ini. Ini saya kembalikan kartu Anda.”
“Apa?” Sekali lagi
seluruh pengunjung dibuat kaget.
Rachel yang berdiri
di depan Gerald dengan maksud menghalangi jalannya tadi, kini merasa sangat
malu, “Aaa... Andaa... Anda yakin tidak salah cek, Bu? Apa Tuan ini benar-benar
pemilik kartu itu?” Manajer toko tiba-tiba menampar Rachel dengan keras.
“Minggir sekarang!”
Rachel menutup
wajahnya dan dan bergegas minggir.
Yuri dan Xavia
masih terpaku tidak percaya.
Sang manajer yakin
mereka berdua mengenal Gerald dan mereka juga yang mencoba mempermalukannya.
Karenanya, dia berpikir mungkin dia harus mengusir mereka dari toko Hermes-nya
segera. Wanita itu mendekati Yuri dan Xavia lalu berkata, “Maaf Tuan dan Nona, apa
yang Anda berdua coba buktikan? Kenapa kalian memaksa karyawan saya
mempermalukan pengunjung VIP kami?”
Yuri menatap wanita
itu dan bersikeras, “Hei, justru aku berniat baik dengan memberimu peringatan!”
“Kami menghargai
niat baik Anda, Tuan. Tetapi jika Anda tidak berniat membeli apapun disini,
silakan tinggalkan toko kami sekarang juga!” ujar manajer toko dengan tajam dan
dingin.
Wanita itu
benar-benar mengusir Yuri dan Xavia!
Xavia menatap Yuri,
berharap dia bisa menyelamatkan mereka dari situasi memalukan ini. Tapi
sayangnya Yuri tidak bisa berbuat apa-apa, keringat dingin mengucur deras dari
wajahnya. Bahkan jika dia mengeluarkan uang sepuluh ribu dolar untuk membeli
tas, tetap tidak akan ada apa-apanya dibanding Gerald. Gerald benar-benar pelanggan
eksklusif, sial!
“Ayo, kita pergi!”
Yuri menggertakkan gigi menahan marah dan menarik Xavia keluar meninggalkan
toko.
Rachel yang masih
berada disana segera membungkukkan badan merasa bersalah.
“Maafkan saya. Saya
benar-benar mohon maaf, Tuan Crawford.” Rachel ketakutan dan sangat menyesal
telah menilai pelanggan tokonya hanya dari tampilan luar.
Gerald tidak
menghiraukannya lalu beralih pada Wendy dan tersenyum, “Terima kasih atas
semuanya. Kau tidak perlu membungkus tasnya karena aku sedang buru-buru. Aku
permisi.” Gerald mengambil tasnya dari meja kasir dan segera keluar
meninggalkan toko.
Ini kali pertama
Gerald menang telak perkara uang! Selama ini dia tidak pernah merasakan
menghabiskan uang dalam jumlah besar sekaligus. Tetapi sekarang dia benar-benar
tidak perlu pusing lagi.
Segera setelah
keluar dari toko, ponselnya berdering. Rupanya panggilan dari Naomi. Gerald
mengangkatnya dan mendengar suara cemas Naomi dari seberang sana, “Gerald, aku
tidak peduli apa yang orang lain pikirkan tentangmu. Kau sahabatku! Kau harus
datang ke pestaku malam ini, semua teman asramamu juga datang!”
Gerald tersenyum
kecil dan menjawab, “Iya, tenang saja. Aku akan segera ke sana.”
“Jangan lupa
berpenampilanlah yang rapi, aku mau mengenalkanmu pada seseorang.”, lanjut
Naomi bersemangat.
Gerald baru
menyadari dia tidak mungkin memberikan tas Hermesnya ke Naomi tanpa dikemas.
Dia lalu menuju supermarket terdekat dan membeli kantong kresek seharga dua
puluh sen, lalu memasukkan Hermes ke dalamnya. Dengan menggunakan taksi, Gerald
segera menuju Restoran Jade.
Sementara itu di
Restoran Jade, Naomi menutup telponnya dan tersenyum pada seorang gadis
berambut panjang yang duduk di sebelahnya. Gadis itu benar-benar cantik bak
bidadari.
“Alice, yang
kutelpon baru saja adalah Gerald, dia sahabat baikku. Dia orang yang sangat
baik dan rajin. Aku akan mengenalkanmu padanya!” Naomi terdengar sangat
bersemangat. Sementara Alice yang diajak bicara sedang asyik mendengarkan musik
dari earphone yang terpasang di telinganya. Kakinya menghentak kecil mengikuti
irama musik.
“Okay!” jawabnya.
Alice Bradford dan
Naomi adalah sahabat karib sejak kecil, hingga sampai kuliahpun mereka berada
di kampus yang sama hanya beda fakultas. Naomi sengaja mengundang Alice dan
beberapa teman asramanya. Naomi tahu benar meskipun Alice adalah gadis yang
sangat cantik, tapi dia sudah menjomblo sejak SMA dan sepertinya saat ini
sedang berusaha mencari pasangan.
Alice sedang membuka tutup botol jus jeruknya ketika kemudian pintu restoran terbuka…
full-width
Post a Comment
Komentar kotor, menyinggung dan mengandung karakter yang tidak diperkenankan oleh admin akan di hapus dari Blog, Terimakasih!